Rasanya baru saja kemarin dia bersenda gurau begitu akrabnya dengan bintang, sahabatnya. Tapi malam ini semua berbeda. Tak ada lagi gurauan, tak ada lagi kilatan cahaya dari bintang yang menerangi malamnya, tak ada lagi ulasan kata manis yang sengaja dirangkai sang bintang untuknya. Dia terpaku, disandarkannya kepalanya diatas kedua lipatan tangannya yang dipangku kedua kakinya. Sesekali ia memandang langit kelam malam itu, mencari-cari sosok sahabatnya. Kali ini dia benar-benar sangat ingin bertemu dan mengeluarkan segala keluh kesah yang seperti biasanya ia tumpahkan ke pundak sahabatnya, bintang.
Dua, tiga malam ia tunggui, namun tak jua bintang itu tampak dan membalas kerinduannya. Sebenarnya dia tahu, bintang itu ada disana, disudut yang lain, tp mgkn ia hanya tak ingin terlihat. “inikah? Benarkah kau sahabatku? Kemana semua nyanyian janji indah yang kau ucapkan setiap malam untukku?”
Dia mengutuk seribu rasa yang berkecamuk dihatinya. “mungkin hanya aku saja yang terlalu lemah, sehingga segalanya menjadi bergantung kepadamu. Mungkin kau juga sudah terlalu lelah mengantarku untuk segera pulas dan berangkat ditidurku. Atau mungkin karena derita ku, hingga kau enggan. Aku yang salah.”
Diujung malam, dia mulai mengandaikan waktu. Dimana saat itu, dia ‘masih’ dia, dan bintang ‘masih’ bintang. “mungkin lebih baik begitu..”, helanya.
** Blog-BlackInNews: saya ikutan Djarum Black, BlackBlogCompetition nih!klu pun ga menang, doain BB-nya nyasar ke sayah! :D **